Kamis, 07 Juli 2016

Penerapan Sistem Informasi Manajemen pada Perusahaan Retail

PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PADA PERUSAHAAN RETAIL

Diajukan untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
Dosen :
Chaidir, S.E., M.M.



Disusun oleh Kelompok 8 :
Evayuko Lintang Ayu
021113377
Tiara Nuralifah
021113359
Asep Mulyana
021113537
Kendar Hermawan
021113539
Gabby Geovani
021113338
Sulianudin
021113509

PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI 
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR 
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Informasi Manajemen ini, dengan judul “Penerapan Sistem Informasi Manajemen Pada Perusahaan Retail”.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami  dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik dan apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini kami memohon maaf sebesar-besarnya.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.


Bogor,  Juni 2016

                                        Penulis


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Persaingan bisnis pada masa sekarang meningkatkan kebutuhan manajemen akan informasi. Manajemen membutuhkan informasi yang akurat dan cepat yang disajikan dalam bentuk yang informatif sebagai dasar pengambilan keputusan. Informasi yang dibutuhkan berasal dari eksternal dan internal yang sangat penting dalam menentukan strategi yang tepat dalam persaingan bisnis yang sedang terjadi. Selain untuk kebutuhan manajemen, sistem informasi yang tepat dibutuhkan juga untuk memperlancar proses bisnis yang ada di dalam perusahaan. Sistem informasi yang terpusat menggunakan internetworking dan digunakan oleh setiap bagian yang ada di perusahaan akan mempercepat pertukaran informasi yang akurat dari dan ke setiap bagian sehingga menjadi lebih efektif dan efisien.  Tantangan perusahaan saat ini bertambah berat, perusahaan dituntut mampu memberikan pelayanan yang terbaik kepada para pelanggan, semakin ketat persaingan dengan munculnya perusahaan baru yang serupa bisnisnya tentu saja dengan sistem yang terus berkembang menuntut perusahaan melakukan perubahan kearah yang lebih baik sehingga mampu dan tidak kalah bersaing. Sehingga berkembanglah atmosfer yang kompetitif bagi setiap perusahaan yang ingin mempertahankan reputasi mereka dalam dunia bisnis. Hal ini hampir tidak mungkin dilakukan tanpa peran serta sistem informasi teknologi. Karena perusahaan harus melakukan peningkatan efisiensi, produktivitas dan responsif terhadap berbagai perubahan.
Perkembangan Bisnis Retail Di Indonesia Retail di tanah air sejak tahun 1960-an adalah eranya pasar tradisional.  Kemudian di tahun 1970-an dikenal dengan supermarket dan dalam perkembangannya di tahun 1980-an berlanjut dengan pasar modern. Masuk ke 1990-an timbul era supermarket berskala besar dan muncul pula tipe Hypermarket, dan di tahun 2000-an minimarket mulai menjamur hingga ke daerah. Maka memasuki era digital kini, konsumen mulai disuguhi cara berbelanja baru melalui e-commerce. Untuk bisa tetap bertahan di pasar ritel dan berkompetisi di tingkat global harus ada inovasi. Ada 8 kunci inovasi yang bisa diterapkan oleh para retailer diantaranya curated collection, eco friendly product, online and off line mash up, technology intervention, retailvention, service experience, customization, and channel transformer.

1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah penerapan sistem informasi yang diterapkan perusahaan retail  dalam menjalankan bisnisnya
Strategi apakah yang dilakukan oleh perusahaan retail dalam mengatasi adanya competitive forces

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami sistem informasi manajemen dan strategi apakah yang dilakukan perusahaan retail dalam mengatasi adanya competitive forces dalam menjalankan bisnisnya.





BAB II
PEMBAHASAN

2.1 SISTEM INFORMASI
Sistem Informasi merupakan suatu kombinasi  antara manusia,  hardware, software, jaringan, sumber data dan kebijakan serta prosedur dalam aktifitas pengumpulan dan penyimpanan data lalu mengolahnya sehingga bisa dengan mudah untuk dikonsumsi dan lebih mudah  dalam hal penyebarannya untuk mencapai tujuan  utama yakni mendukung operasi bisnis, berkompetisi dan pengambilan keputusan manajerial (O‘Brien  dan Marakas 2010)
Terdapat tiga peran utama sistem informasi dalam bisnis yaitu mendukung proses bisnis dan operasional, mendukung pengambilan keputusan dan mndukung strategi untuk keunggulan kompetitif . Penerapan sistem informasi bertujuan untuk menyediakan informasi yang dipergunakan di dalam perhitungan harga pokok jasa, produk, dan tujuan lain yang diinginka manajemen. menyediakan informasi yang dipergunakan dalam perencanaan, pengendalian, pengevaluasian, dan perbaikan berkelanjutan. Dan menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan.
Menurut O‘Brien, terdapat beberapa tipe sistem informasi, yaitu:
1. Sistem Informasi Penunjang Kegiatan Operasional (Operation Support System). Sistem informasi ini akan memproses data yang dihasilkan dalam setiap kegiatan operasional dan menggunakan informasi yang dihasilkannya untuk menunjang kegiatan operasional itu pula. Sistem informasi ini menghasilkan berbagai produk informasi yang digunakan untuk kepentingan internal dan eksternal. Berikut ini peran yang dilakukan oleh sistem informasi di tingkat ini:
a. Sistem Pengolahan Transaksi (Transaction Processing System)
 Untuk mencatat dan mengolah data yang dihasilkan transaksi, memperbaharui database, dan memproduksi berbagai macam dokumen regristrasi mahasiswa, dan lain-lain. Sistem ini merubah sistem informasi manual ke bentuk electronic data processing system. Sistem ini mencatat dan memproses data yang dihasilkan dalam setiap transaksi bisnis seperti sales, pembelian dan perubahan jenis dokumen-dokumen dan laporan-laporan seperti misalnya, customer statements, nota pembelian, lembaran cek, laporan keuangan dll.
b. Sistem Pengendalian Proses (Process Control System)
Untuk menghasilkan keputusan operasional dan untuk mengontrol proses secara fisik. Sistem informasi operasional juga meliputi pembuatan keputusan rutin untuk mengendalikan proses operasional. Sistem ini menghasilkan keputusan-keputusan yang bersifat operasional rutin untuk pengendalian proses fisik dalam organisasi.
 c. Sistem Otomatisasi Kantor (Office Automation System)
Untuk meningkatkan komunikasi dan produktifitas kantor. Pada prinsipnya sistim ini merupakan hasil transformasi elektronis dari metode tradisional perkantoran yang bersifat manual dan menggunakan media komunikasi dengan kertas.

2. Sistem Informasi Pengambilan Keputusan (Management Support System). Sistem ini dalam pemrosesan informasi bisnis menekankan orientasi pada manajemen, karena tujuan utamanya adalah menunjang pengambilan keputusan oleh manajemen. Sistem ini juga menggarisbawahi pentingnya kerangka sistem yang digunakan sebagian dasar pengorganisasian sistem informasi. Management Support System dapat digolongkan dalam sub sistem-sub sistem tertentu sesuai dengan tujuannya sebagai berikut :
 a. Sistem Informasi Pelaporan (Management Information System)
 Pelaporan yang sudah terspesifikasi dan terencana sebelumnya untuk manajemen. Produk informasi yang dihasilkan merupakan kebutuhan dalam pengambilan keputusan rutin.
 b. Sistem Penunjang Keputusan (Decision Support System)
 Sistem ini dapat membantu manajer dalam pengambilan keputusan baik yang bersifat interaktif maupun ad hoc (ketika diperlukan). Sistem ini menggunakan berbagai model keputusan (analytical modelling) dan basis data khusus dalam membantu proses pengambilan keputusan.
c. Sistem Informasi Eksekutif (Executive Information System)
Sistem ini memberikan informasi yang sifatnya kritis kepada jajaran manajemen puncak. Sistem ini merupakan alat bagi manajer puncak untuk menetapkan strategi pengembangan sistem yang lebih baik lagi.

2.2 INTERNETWORKING
Internetworking adalah suatu bentuk hubungan, kerjasama atau kemitraan yang mendayagunakan TI (teknologi informasi) berbasis jaringan (internet, intranet, ekstranet). Berikut ini adalah karakteristik dari Intrernet, Ekstarnet dan Intranet :
Tabel Karakteristik Internet, Ekstranet dan Intranet
TIPE JARINGAN
PENGGUNA UTAMA
AKSES
TIPE INFORMASI
Internet
Setiap individu yg Memiliki akses ke internet
Publik  (tak terbatas)
General, publik dan advertorial
Intranet
Hanya karyawan yg Diberikan hak khusus
Privat dan  terbatas
Spesifik, korporat dan kepemilikan
Extranet
Kelompok yg  diotorisasi dari perusahaan
Privat dan mitra luar yg  terotorisasi
Informasi bersama dalam kelompok kolaborator dan terotorisasi

2.3 E-BUSINESS  DAN  E-COMMERCE
2.3.1 E-BUSINESS E-Business , menurut Lou  Gerstner salah  seorang  mantan  CEO  IBM (O‘Brien  dan Marakas 2010)   adalah  suatu  kegiatan  bisnis  yang  mempergunakan  internet  sebagai  medianya. E-Business  dapat  memanfaatkan  sistem  pemrosesan  data  secara  internal  dan  eksternal  perusahaan  secara  lebih  efisien  dan  fleksibel. E-Business adalah  memiliki  aplikasi atau  kegiatan  yang  mencakup  berbagai  aktivitas  bisnis  dalam  arti  luas  yaitu  :
E-Commerce   [ Perdagangan via Internet ]
E-Purchasing   [ Supply  Chain  via  internet ]
E-Banking   [ Transaksi  Perbankan  via  internet ]
 E-Marketing   [ Pemasaran via internet ]
E-Trading   [ Perdagangan Saham via internet ]
E-Recruitment   [ Perekrutan pegawai  via  internet ]
E-business atau bisnis elektronik merujuk pada definisi e-commerce yang lebih luas, tidak hanya pembelian dan penjualan barang serta jasa,  tetapi juga pelayanan pelanggan, kolaborasi dengan mitra bisnis, e-learning, dan transaksi elektronik dalam perusahaan (Turban, 2005).  Dalam Executive Guides: Business To Customer, didebutkan bahwa definisi e-business secara sederhana adalah penggunaan internet untuk berhubungan dengan konsumen, rekan bisnis, dan supplier. Penggunaan internet menyebabkan proses bisnis menjadi lebih efisien. Dalam penggunaan e- business, perusahaan perlu untuk membuka data pada sistem informasi mereka agar perusahaan dapat berbagi informasi dengan konsumen, rekan bisnis, dan supplier dan dapat bertransaksi secara elektronik dengan mereka memanfaatkan internet, termasuk juga pertukaran informasi secara online misalnya sebuah perusahaan manufaktur membagi informasi persediaan bahan baku ke supplier, sebuah lembaga keuangan membagi informasi tentang perbankan, credit card, dll dengan konsumen mereka, dan sebagainya. E-business menjelaskan suatu organisasi yang mengeksploitasi potensial IT sepenuhnya untuk mempersingkat operasional dengan tujuan memberikan yang terbaik kepada konsumen.
Tuntutan customer dewasa ini akan pelayanan yang lebih baik dalam proses, kinerja dan harga telah mendorong e-business dalam meningkatkan transaksi pembelian dan penjualan.  Terdapat 10 (sepuluh) trend utama yang mendorong e-business, yaitu :
1. Kebutuhan akan kecepatan.
2. Ingin melayani sendiri (self service).
3. Kebutuhan akan nilai terbaik.
4. Keinginan untuk peningkatan proses visibilitas.
5. Kebutuhan customer servis yang sempurna.
6. Fokus pada arsitektur usaha terpadu.
7. Keinginan untuk aplikasi wireless.
8. Kebutuhan akan pemusatan infrastruktur.
9. Fokus pada kemitraan dan outsorcing.
10. Keinginan untuk distribusi virtual.
Ada 5 keuntungan yang ditawarkan oleh e-Business yakni : Efficiency, Effectiveness, Reach, Structure, dan Opportunity.
1. Efficiency Sebuah riset memperlihaatkan bahwa kurang lebih 40% dari total biaya operasional perusahaan diperuntukkan bagi aktivitas penyeberan informasi ke divisi-divisi terkait. Dengan dimanfaatkannya teknologi informasi maka terlihat bagaimana perusahaan dapat mengurahi total biaya operasional. Contohnya adalah bagaimana fasilitas email dapat mengurangi biaya komunikasi pengiriman dokumen.
2. Effectiveness Dengan dimanfaatkannya teknologi informasi, pelanggan dapat berhubungan dengan perusahaan kapan saja, dalam 7 hari seminggu dan 24 jam non stop .
3. Reach Perusahaan mampu memperluas jangkaun dan ruang gerak perusahaan untuk ekspansi dengan mudah(menembus batas ruang dan waktu) dan tanpa memerlukan biaya yang relatif mahal.
 4. Structure Konsep brick-and-morter menjelma menjadi click-and-morter telah mengubah prilaku perusahaan dalam pendekatan bisnis.
5. Opportunity Terbukannya peluang yang lebar bagi pelaku bisnis untuk berinovasi menciptakan produk-produk atau jasa-jasa baru akibat ditemukannya teknologi baru dari masa kemasa.
O‘Brien  dan Marakas (2010) mendeskripsikan bagan alur bidang-bidang e-bisnis dan keterkaitan di antaranya, dalam bagan dibawah ini jelas bahwa internal perusahaan ada pada ruang lingkup Enterprise Resource Planning yang berinterrelasi dengan Supply Chain Management untuk menangani produksi dan Customer Relationship Management untuk menangani pelanggan.   Selain itu perusahaan juga harusnya memiliki supporting berupa control administrasi dan financial.  Kesemuanya dihubungkan dengan jaringan Enterprise Application Integration.
Berdasarkan bagain diatas secara umum ruang lingkup e-bisnis mencakup bidang tersebut dibawah ini:
1. Enterprise resource planning [ERP] ERP adalah sebuah sistem informasi yang diperuntukkan bagi perusahaan manufaktur maupun jasa yang berperan mengintegrasikan dan mengotomatisasikan proses bisnis yang berhubungan dengan aspek operasi, produksi maupun distribusi pada sebuah perusahaan.  ERP merupakan perkembangan dari Manufacturing Resource Planning (MRP) yang secara moledular dapat menangani proses manufaktur, logistic, distribusi, persediaan (inventory), pengapalan,  invoice  dan akuntansi perusahaan. Sehingga sistem ini dapat mengontrol aktivitas bisnis seperti penjualan, pengiriman, produksi, manajemen persediaan, manajemen kualiatas dan sumber daya manusia. ERP juga sering disebut dengan Back Office System  yang mengindikasikan bahwa pelanggan dan public secara umum tidak dilibatkan dalam sistem ini. Terdapat berbagai jenis paket software ERP dengan berbagai fitur, skala dan kemampuan. Ada yang bersifat komersil, dan ada yang bersifat open-source. Beberapa vendor yang mendominasi pasar penyedia software ERP antara lain:SAP,  Oracle,  IFS, MFG/PRO, dan banyak lagi.

2. Customer relationship management [CRM] CRM adalah sebuah strategi bisnis menyeluruh dalam suatu perusahaan agar secara efektif bisa mengelola hubungan dengan  para pelanggan. Terciptanya loyalitas pelanggan disebabkan karena pelanggan merasa puas atas pelayanan yang diberikan dengan baik. Dalam teknologi informasi, CRM adalah metodologi, strategi, perangkat lunak, dan atau aplikasi berbasis web yang mampu membantu sebuah perusahaan untuk mengelola hubungannya dengan para pelanggan. Prinsip dasar CR adalah pengambilan data input berupa data profile dari semua pelanggan dan memberikan informasi yang sesuai kepada pelanggan berupa informasi tentang Customer History, kebutuhan-kebutuhan pasar dan isu-isu lain seputar perkembangan pasar.
Tabel Klasifikasi CRM dan Software yang digunakan
KLASIFIKASI CRM
SOFT WARE / APLIKASI
Operational CRM
a. Customer-Facing Application : contact center, Sales Force Automation, dan field service b. Customer-Touching Applications : Campaign management, e-commerce, dan Self-Service Customer Support
Analytical CRM
semua programming yang menganalisis data tentang pelanggan perusahaan, sehingga keputusan yang lebih cepat dan lebih baik dapat dihasilkan
Collborative CRM
e-mail, personalized publishing, e-communities, forum diskusi, dan sarana lainnya yang dirancang untuk memfasilitasi interaksi antara pelanggan dan pihak perusahaan.

3. Enterprise application integration [EAI]
EAI adalah proses mengintegrasikan/ menghubungkan aplikasi dalam satu organisasi untuk menyederhanakan dan mengotomasi proses bisnis seluas mungkin, juga menghindari keharusan membuat perubahan besar terhadap aplikasi yang ada. Software EAI digunakan oleh banyak perusahaan untuk manghubungkan aplikasi e-business seperti CRM dan ERP.  Software EAI memungkinkan para pemakai membuat model berbagai proses bisnis yang dilibatkan  dalam interaksi yang harus terjadi antar aplikasi bisnis. EAI juga menydiakan middleware  yang melakukan konversi dan koordinasi data, komunikasi aplikasi dan layanan pesan, serta akses ke berbagai interface aplikasi yang terlibat. Jadi, software EAI dapat mengintegrasikan berbagai kelompok aplikasi perusahaan dengan memungkinkan mereka bertukar data sesuai dengan peraturan dari model proses bisnis yang dikembangkan oleh pemakai
4. Supply chain management [SCM] SCM adalah integrasi beberapa kunci proses bisnis dari pemasok yang menyediakan produk, jasa, dan informasi hingga end user.
5. Transaction Processing System [TPS] TPS adalah sistem informasi lintas fungsi yang memproses data dari terjadinya transaksi bisnis. Sedangkan Online transaction processing [OLTP] adalah sebuah sistem yang dirancang untuk menangani hightransaction dengan memasukan data yang terbaik ke dalam database secara Real Time.
6. Enterprise collaboration system [ECS] Enterprise Collaboratioon adalah system informasi lintas fungsional untuk meningkatkan komunikasi, koordinasi dan kolaborasi diantara anggota dari tim bisnis dan kelompok kerja (ECS Menggunakan internet, intranet, extranet dan jaringan komputer lainnya.
Tujuan utama ECS adalah memungkinkan anggota bekerja bersama dengan lebih mudah dan effektif, sehingga menolong pengguna dengan cara :
- Komunikasi, saling memberi informasi sesama anggota tim.
- Koordinasi, koordinasi hasil tugas pribadi dan sumberdaya dengan sesama anggota tim.
- Kolaborasi, bekerja sama dalam proyek kerjasama dan tugas-tugas lainnya.
Ruang lingkup e-bisnis itu disebut sebagai Enterprise Business System, yang harus digunakan untuk mendukung setiap fungsi dari bisnis perusahaan. Sistem informasi dalam functional business system akan terkait dengan sistem informasi dalam  enterprise business system

2.3.2 E-COMMERCE
E-commerce merupakan kepanjangan dari Electronic Commerce yang berarti perdagangan yang dilakukan secara elektronik. E-commerce berarti perdagangan elektronik yang mencakup proses pembelian, penjualan, transfer, atau pertukaran produk, layanan, atau informasi melalui jaringan computer, termasuk Internet (Turban, 2005). Menurut O‘Brien dan Marakas (2010), mendefinisikan e- Commerce: “is changing the shape of competition, the speed of action, and the streamlining of interaction, and payment from customer to companies, and from companies to suppliers.”
E-Commerce memiliki beberapa jenis transaksi yang dibedakan menurut pihak-pihak yang melakukan transaksi.
Tabel 4 Jenis Transaksi E-Commerce
PIHAK YANG MELAKUKAN TRANSAKSI
CONTOH TRANSAKSI
Busines to Busines (B2B)
Inter-Organizational System (IOS), misalnya transaksi extranet dan electronic funds transfer.
Bussines to Cunsumer (B2C)
mekanisme toko online (electronic shoping mall) yaitu transaksi antara e-merchant dengan e-customer
Consumer to Consumer (C2C)
Mengiklankan produk barang atau jasa, pengetahuan, maupun keahliannya di web
Consumer to Bussines (C2B)
Merupakan individu yang menjual produk atau jasa kepada organisasi dan individu yang mencari penjual dan melakukan transaksi.
Non-Bussines Electronic Commerce
kegiatan non bisnis seperti kegiatan lembaga pendidikan, organisasi nirlaba, keagamaan dan lain-lain
Intrabussines (Organizational) Electronic Commerce.
Internal organisasi melalui internet untuk melakukan pertukaran barang, jasa, dan informasi, menjual produk perusahaan kepada karyawan dalam perusahaan

Terdapat beberapa model bisnis di dalam suatu e-Commerce yang menggunakan web antara lain: Brokerage Model, Advertising Model, Infomediary Model, Merchant Model, Manufacturer (Direct) Model, Affiliate Model Community Model, Subscription Model,Utility Model

2.3.3 PERBEDAAN E-BUSINESS  DAN  E-COMMERCE
E-Business  adalah  aktifitas  bisnis  yang  lebih  luas  dari  E- Commerce, dimana  seluruh  aktifitas  bisnis  yang  terintegrasi  dikelola  secara  elektronik  dengan  internet  dan  jaringan  Perbedaan yang  utama  adalah  E-Commerce  berorientasi  jangka  pendek  dalam  bentuk  profit oriented  sedangkan  E-Business  mendasarkan  kepada  orientasi  jangka  panjang  yaitu  pertumbuhan dan  perkembangan  usaha. Selain perbedaan tersebut, keduanya memiliki kesamaan tujuan utama yaitu memajukan perusahaan menjadi perusahaan yang lebih besar dari sebelumnya. Menurut Turban (2002) e-commerce dan ebusiness merupakan terobosan yang dapat mendongkrak penjualan melalui online marketing (pemasaran online) dan sebagai sarana mempromosikan produk melalui media Internet.

2.4 ANALISA PORTES’S 5 FORCES
Porter (1985) mengajukan model lima kekuatan (five forces module) sebagai alat untuk menganalisi lingkungan persaingan industri.  Keadaan persaingan perusahaan atau produk dalam suatu industri tergantung pada lima kekuatan persaingan dasar. Lima kekuatan persaingan tersebut adalah :
1. Ancaman pendatang baru
Suatu perusahaan akan tertarik terjun ke dalam suatu industri bila industri tersebut menawarkan keuntungan yang tinggi. Secara makro dengan masuknya pemain baru dalam industri akan membuat persaingan menjadi ketat yang pada akhirnya dapat menyebabkan turunnya laba yang diterima bagi semua perusahaan. Beberapa faktor internal yang mempengaruhi mudah atau sulitnya rintangan memasuki suatu industri adalah sebagai berikut:

a. Skala ekonomi
b. Diferensiasi produk
c. Kebutuhan Modal
d. Biaya beralih pemasok (switching cost)
e. Akses ke saluran distribusi
f. Biaya tak menguntungkan bebas dari skala
g. Kebijakan pemerintah
h. Perkembangan Teknologi

2. Ancaman produk atau jasa pengganti (Substitusi)
Merupakan barang atau jasa yang dapat menggantikan produk sejenis. Adanya produk atau jasa pengganti akan membatasi jumlah laba potensial yang didapat dari suatu industri. Makin menarik alternatif harga yang ditawarkan oleh produk pengganti, makin ketat pembatasan laba dari suatu industri. Produk pengganti yang perlu mendapatkan perhatian besar adalah produk yang mempunyai kecenderungan untuk memiliki harga atau kualitas yang lebih baik daripada produk industri atau dihasilkan oleh industri yang berlaba tinggi.

3. Kekuatan tawar menawar pembeli
Daya tawar pembeli pada industri berperan dalam menekan harga untuk turun, serta memberikan penawaran dalam peningkatan kualitas ataupun layanan lebih, dan membuat kompetitor saling bersaing satu sama lain.
4. Kekuatan tawar menawar pemasok
Pemasok atau penjual dapat menggunakan kekuatan tawar-menawar terhadap pembeli dalam industri dengan cara menaikkan harga atau menurunkan kualitas produk atau jasa yang dibeli. Kondisi-kondisi yang membuat posisi pemasok kuat cenderung menyerupai kondisi yang membuat pembeli kuat.
5. Persaingan antar Kompetitor Dalam Industri Yang Sama
Menurut Porter persaingan antar pesaing dalam industri yang sama ini menjadi pusat kekuatan persaingan. Kompetitor dalam hal ini adalah pemain yang menghasilkan serta menjual produk sejenis, yang akan bersaing dalam memperebutkan marke tshare pasar. Semakin tinggi tingkat persaingan antar perusahaan mengindentifikasikan semakin tinggi pula profitabilitas industri, namun profitabilitas perusahaan mungkin menurun.

2.4.1 STRATEGI GENERIK PORTER
Dalam analisanya tentang strategi bersaing (competitive strategy atau disebut juga Porter‘s Five Forces) suatu perusahaan, Michael A. Porter mengintrodusir 3 jenis strategi generik, yaitu: Keunggulan Biaya (Cost Leadership), Pembedaan Produk (Differentiation), dan Focus.
1. Strategi Biaya Rendah (cost leadership)
Strategi Biaya Rendah menekankan pada upaya memproduksi produk standar dengan biaya per unit yang sangat rendah. Produk ini (barang maupun jasa) biasanya ditujukan kepada konsumen yang relatif mudah terpengaruh oleh pergeseran harga atau menggunakan harga sebagai faktor penentu keputusan. Dari sisi perilaku pelanggan, strategi jenis ini amat sesuai dengan kebutuhan pelanggan yang termasuk dalam kategori perilaku low-involvement, ketika konsumen tidak peduli terhadap perbedaan merek, tidak membutuhkan pembedaan produk, atau jika terdapat sejumlah
besar konsumen memiliki kekuatan tawar-menawar yang signifikan. Terutama dalam pasar komoditi, strategi ini tidak hanya membuat perusahaan mampu bertahan terhadap persaingan harga yang terjadi tetapi juga dapat menjadi pemimpin pasar dalam menentukan harga dan memastikan tingkat keuntungan pasar yang tinggi dan stabil melalui cara yang agresif dalam efisiensi dan kefektifan biaya.
Sumber dari keefektifan biaya (cost effectiveness) ini bervariasi. Termasuk di dalamnya adalah pemanfaatan skala ekonomi (economies of scale), investasi dalam teknologi yang terbaik, sharing biaya dan pengetahuan dalam internal organisasi, dampak kurva pembelajaran dan pengalaman (learning and experience curve), optimasi kapasitas utilitas, dan akses yang baik terhadap bahan baku atau saluran distribusi. Pada prinsipnya, alasan utama pelaksanaan strategi integrasi ke hulu (backward integration), ke hilir (forward integration), maupun ke samping (horizontal integration) adalah untuk memperoleh berbagai keuntungan dari strategi biaya rendah ini. Biasanya strategi ini dijalankan beriringan dengan strategi diferensiasi.
Untuk dapat menjalankan strategi biaya rendah, sebuah perusahaan harus mampu memenuhi persyaratan di dua bidang, yaitu: sumber daya dan organisasi. Strategi ini hanya mungkin dijalankan jika dimiliki beberapa keunggulan di bidang sumber daya perusahaan, yaitu: kuat akan modal, trampil pada rekayasa proses, pengawasan yang ketat, mudah diproduksi, serta biaya distribusi dan promosi rendah. Sedangkan dari bidang organisasi, perusahaan harus memiliki: kemampuan mengendalikan biaya dengan ketat, informasi pengendalian yang baik, insentif berdasarkan target (alokasi insentif berbasis hasil).
2. Strategi Pembedaan Produk (differentiation)
Strategi Pembedaan Produk, mendorong perusahaan untuk sanggup menemukan keunikan tersendiri dalam pasar yang jadi sasarannya. Keunikan produk yang dikedepankan ini memungkinkan suatu perusahaan untuk menarik minat sebesar-besarnya dari konsumen potensialnya. Cara pembedaan produk bervariasi dari pasar ke pasar, tetapi berkaitan dengan sifat dan atribut fisik suatu produk atau pengalaman kepuasan yang didapat oleh konsumen dari produk tersebut. Berbagai kemudahan pemeliharaan, features tambahan, fleksibilitas, kenyamanan dan berbagai hal lainnya yang sulit ditiru lawan merupakan sedikit contoh dari diferensiasi. Strategi jenis ini biasa ditujukan kepada para konsumen potensial yang relatif tidak mengutamakan harga dalam pengambilan keputusannya (price insensitive).
Diferensiasi tidak memberikan jaminan terhadap keunggulan kompetitif, terutama jika produk- produk standar yang beredar telah memenuhi kebutuhan konsumen atau jika kompetitor/pesaing dapat melakukan peniruan dengan cepat. Resiko lainnya dari strategi ini adalah jika perbedaan atau keunikan yang ditawarkan produk tersebut ternyata tidak dihargai oleh konsumen. Jika hal ini terjadi, maka pesaing yang menawarkan produk standar dengan strategi biaya rendah akan sangat mudah merebut pasar. Oleh karenanya, dalam strategi jenis ini, kekuatan departemen Penelitian dan Pengembangan sangatlah berperan.Pada umumnya strategi biaya rendah dan pembedaan produk diterapkan perusahaan dalam rangka mencapai keunggulan bersaing (competitive advantage) terhadap para pesaingnya pada semua pasar. Terdapat dua syarat yang harus dipenuhi ketika perusahaan memutuskan untuk memanfaatkan strategi ini, yaitu: bidang sumber daya
(resources) dan bidang organisasi. Dari sisi sumber daya perusahaan, untuk menerapkan strategi ini dibutuhkan kekuatan yang tinggi dalam hal: pemasaran produk, kreativitas dan bakat, perekayasaan produk (product engineering), riset pasar, reputasi perusahaan, distribusi, dan ketrampilan kerja. Sedangkan dari sisi organisasi, perusahaan harus kuat dan mampu untuk melakukan: koordinasi antar fungsi manajemen yang terkait, merekrut tenaga yang berkemampuan tinggi, dan mengukur insentif yang subyektif di samping yang obyektif.
3. Strategi Fokus (focus)
Strategi fokus digunakan untuk membangun keunggulan bersaing dalam suatu segmen pasar yang lebih sempit. Strategi jenis ini ditujukan untuk melayani kebutuhan konsumen yang jumlahnya relatif kecil dan dalam pengambilan keputusannya untuk membeli relatif tidak dipengaruhi oleh harga. Dalam pelaksanaannya, terutama pada perusahaan skala menengah dan besar, strategi fokus diintegrasikan dengan salah satu dari dua strategi generik lainnya: strategi biaya rendah atau strategi pembedaan karakteristik produk. Strategi ini biasa digunakan oleh pemasok untuk memenuhi kebutuhan suatu produk (barang dan jasa) khusus. Biasanya perusahaan yang bergerak dengan strategi ini lebih berkonsentrasi pada suatu kelompok pasar tertentu, wilayah geografis tertentu, atau produk — barang atau jasa — tertentu dengan kemampuan memenuhi kebutuhan konsumen secara baik, excellent delivery.




BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Persaingan bisnis pada masa sekarang meningkatkan kebutuhan manajemen akan informasi. Manajemen membutuhkan informasi yang akurat dan cepat yang disajikan dalam bentuk yang informatif sebagai dasar pengambilan keputusan. Tantangan perusahaan saat ini bertambah berat, perusahaan dituntut mampu memberikan pelayanan yang terbaik kepada para pelanggan, semakin ketat persaingan dengan munculnya perusahaan baru yang serupa bisnisnya tentu saja dengan sistem yang terus berkembang menuntut perusahaan melakukan perubahan kearah yang lebih baik sehingga mampu dan tidak kalah bersaing.
Dengan menerapkan e-bisnis di seluruh fungis bisnisnya. Supply Chain Management, Transaction Processing System [Aplikasi untuk fungsi produksi khususnya yang terkait dengan purchasing dan untuk fungsi Human Resources dan Akuntansi terkait dengan pay rol]
Untuk implementasi e-commerce dapat dilihat di website  dengan begitu pelanggan dapat membeli secara online.  Semua aplikasi tersebut menggunakan jaringan area luas atau Wide Area Network; WAN merupakan jaringan komputer yang mencakup area yang besar. WAN digunakan untuk menghubungkan jaringan area lokal yang satu dengan jaringan lokal yang lain, sehingga pengguna atau komputer di lokasi yang satu dapat berkomunikasi dengan pengguna dan komputer di lokasi yang lain. Sedangkan strategi generik yang dilakukan perusahaan retail guna menghadapi persaingan antara lain  Strategi Biaya Rendah (cost leadership), Strategi Pembedaan Produk (differentiation) dan fokus








DAFTAR PUSTAKA
O‘Brien, J. A. and G. M. Marakas. 2010. Introduction to Information Systems, fifteenth edition. The McGraw-Hill Companies, Inc.
O‘Brien A. James, Pengantar Sistem Informasi, edisi 12, 2005
Porter, M. E. (1985). Competitive Advantage, The Free Press, New York, NY
Shi, Jiwei, et all. 2004. E-Business Implementation In Smes: A Success Framework. IADIS International Conference e-Commerce
Sugi, Stephanus. 2010. 10 Prospek Electronic Business ( E-Business ) di Indonesia 2010.
Turban, Efraim (2002) Electronic Commerce 2002, A Managerial Perspective, Prentice Hall, New Jersey.
Turban, Efraim et al. (2005). Introduction to Information Technology, 3rd Edition. John Wiley & Sons, Inc., USA.
Wijaya, Dedy Rahman. 2010. Strategi dan Kebijakan Pengembangan E-business